SALATIGA – Harapan masyarakat Salatiga untuk menyaksikan tim kebanggaan, PSISa  Salatiga, untuk berkiprah dalam kompetisi senior belum terwujud. Tahun ini, PSISa dipastikan absen dalam kompetisi Liga 3 Jateng 2019 lantaran tidak ada dana.
Sekretaris PSISa Salatiga, Moch Guntur FU mengatakan, sejauh ini belum ada penyandang dana yang bersedia membawa PSISa berkompetisi.
Untuk mengarungi kompetisi di kelompok senior ini diperlukan dana yang tidak sedikit. “Sebenarnya untuk Liga 3 diperbolehkan menggunakan dana APBD. Tetapi hingga saat ini, para pengampu kebijakan yang komitmen pada PSISa belum ada,” katanya.
Menanggapi absennya PSISa di Liga 3 ini, Ketua PSSI Salatiga, Fatur Rahman menilai, hal itu sebetulnya kewajiban bersama untuk memajukan persepakbolaan di Salatiga.  Salah satunya dengan ikut berbagai Kompetisi salah satunya Liga 3.

“Tetapi kami juga harus kembalikan kepada kemampuan klub-klub yang ada,” kata Wakil Ketua DPRD Salatiga ini.
Mengenai dana APBD untuk PSISa, Maman, sapaan akrab Fatur Rahman ini mengatakan, dalam regulasi, Liga 3 diperbolehkan menggunakan dana pemerintah. Hanya sejauh ini pihak manajamen PSISa atau Wali Kota belum mengajukan proposal permohonan dana itu ke DPRD. “Saya belum mengetahui adanya proposal permohonan dana ke DPRD,” katanya.
Hati Beriman
Untungnya ditengah kekeringan kiprah PSISa di kompetisi tingkat Jateng, Salatiga masih punya wakil. Meski di kelompok senior absen, tetapi di kelompok junior Kota Sejuk ini selalu ada wakil pada setiap tahun.
Tahun lalu ada dua tim mewakili Salatiga, yaitu PSISa dan  Hati Beriman FC (HBFC) yang berkompetisi di Piala Soeratin Jateng U17. Tahun ini, hanya HBFC yang siap tampil lagi, sedangkan PSISa terkena sanksi PSSI Jateng, sehingga tidak boleh mengikuti kompetisi junior itu.
Handy Ucok, salah satu perwakilan suporter Salatiga menyatakan sedih dan kecewa atas absennya tim kebanggaan masyarakat Salatiga itu dalam kompetisi nasional. Pasalnya sudah cukup lama PSISa vakum mengikuti kompetisi. 
“Saat  tim-tim lain berlomba untuk naik kasta, bahkan sampai harus terjadi ‘mafia bola’  seperti di Banjarnegara,  lha ini PSISa sudah mau berdiri kok tidur lagi.  Kami kira, ini terkait pengunduran diri PSISa di Piala Soeratin U17 tahun lalu,  pasti ada sanksi dan denda dari PSSI Jateng. Itu akan berdampak terhadap sponsor atau manajemen yang baru. Kami berharap, ada wakil Salatiga untuk Liga 3, misalnya  HBFC,” katanya.
Tahun 2018, sebenarnya PSISa hidup lagi setelah terbentuk kepengurusan baru di bawah Ketua Umum yang juga Wakil Wali Kota Muh Haris.
Kehadiran PSISa yang baru tahun lalu itu  diharapkan mampu melepas dahaga para pecinta sepakbola di Salatiga yang rindu timnya berlaga di kompetisi. Pasalnya klub bond Kota Salatiga ini telah vakum lebih kurang tujuh tahun. Selama itu, praktis tidak ada kompetisi yang diikuti baik di tingkat Jateng apalagi nasional.
PSISa pun tampil di kelompok junior, sayang dalam perjalanannya harus putus di tengah kompetisi karena keterbatasan dana. PSISa mundur saat kompetisi masih berlangsung dan berbuah sanksi dari PSSI Jateng, berupa denda. Jika denda belum terbayarkan maka tidak boleh mengikuti kompetisi di Liga Soeratin U17 Jateng.
Sementara itu, tim saudara muda PSISa, HBFC tetap konsisten mengikuti kompetisi yunior Piala Soeratin U17 Jateng.
Tahun ini, anak asuhan Sri Nanda itu menargetkan juara, setelah tahun lalu menembus semi final. Suara Merdeka

Senin, 20 Mei 2019

admin
February 3, 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *